Selamat datang

Patterned Text Generator at TextSpace.net

Welcome. . . .

Selamat datang di blognya orang cantik. . . . .
Nama asli cewek blesteran ngawi rungkut ini adalah Liyyatun Ni'mah. Anak dari H. Moch. Simun dan Hj. Laila Muchlidah. Kuliah di UIN Sunan Ampel Surabaya Fakultas Tarbiyah dan keguruan Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Dia punya kebiasaan nulis dan baca buku. Ngakunya sih… dia ini tipe cewek campuran antara manis, cantik dan imut. Suka yang namanya cecek lodeh dan eseng-eseng rempelo ati. Sifatnya gokil dan suka rame, baik hati dan tidak sombong. Ni anak suka banget yang namanya cireng, pentol dan krupuk. Nyanyi ngawur andalannya. Ngefans banget ma Sule dan fitri tropika. Animasi favoritnya adalah Inuyasha.

So Nyu Shi Dae

So Nyu Shi Dae

Translate

Senin, 22 September 2014

PENDEKATAN REBT TERHADAP ANAK YANG MENYALAHKAN DIRI SENDIRI KARENA SEBUAH KEJADIAN


A.    DESKRIPSI KASUS
Naela adalah siswa kelas 4 SDN 1 Rungkut. Dia adalah anak berprestasi yang selalu mendapat rangking 1 disekolahnya. Dia anak yang baik dan selalu menurut kepada orang tuanya. Namun setelah kematian teman sebangkunya karena kecelakaan, dia mulai sering terlihat murung, menyendiri, dan sering di jauhi teman-temannya. Perilakunya ini berdampak pada kehidupan disekolah dan dirumahnya. Nilai menurun, prestasi menjadi rendah dan malas belajar.
Jika dilihat sekilas, Naela merasa bersalah dengan kematian teman sebangkunya. Kronologi tempat kejadian sebelum meninggalnya teman Naela adalah depan rumah Naela yang berada di pinggir jalan besar yang padat kendaraan. Saat itu teman Naela berniat untuk melakukan kerja kelompok dirumah Naela. Pada saat menyebrang, teman Naela tertabrak mobil dan meninggal. Semenjak itu, Naela selalu disalahkan oleh beberapa temannya dikelas karena menjadi penyebab kematian teman sebangkunya, bahkan banyak berita yang tersebar dikelas bahwa jalanan depan Naela meminta tumbal, angker, dan tidak boleh didekati. Alhasil, sebagai anak kecil, teman-teman Naela mulai menjauhi dia dan tidak mau berteman dengan Naela. Naela sering terlihat menangis dan selalu mengigau tak karuan. Melihat hal tersebut, orang tua Naela merasa kasihan dan tak tega. Akhirnya Naela dipindahkan kesekolah lain dengan niat agar Naela bisa melupakan kejadian dan meneruskan hidupnya. Karena pertimbangan wali kelasnya, Naela dipindahkan ke sekolah SD yang lebih favorit karena Naela terbilang cerdas diantara teman-teman yang lain sehingga mungkin bisa melupakan segala pikiran irasionalnya dan mulai fokus pada pelajarannya.
Maksud hati untuk bisa membuat Naela melupakan kejadian dengan pergi kesekolah yang bernuansa baru. Malah sebaliknya, Sejak diterima di SD favorit di satu sisi Naela senang karena dia akan bersekolah dimana teman-teman kelasnya tidak akan pernah mngejeknya lagi, tapi di sisi lain Naela mulai dengan teman-temannya yang sebagian besar dari keluarga kaya dengan pola pergaulan yang begitu beda dengan latar belakang Naela. Ia menganggap teman-teman dari keluarga kaya tersebut sebagai orang yang egois, kurang bersahabat, pilih-pilih teman yang sama-sama dari keluarga kaya saja. Dan akhirnya bayangan bahwa ini adalah hukuman yang diterimanya karena dia telah membunuh teman sebangkunya. Makin lama perasaan kesepian makin mencekam dan mulai menimbulkan sikap dan anggapan bahwa sekolah barunya itu bukan untuk dirinya, tetapi jika dia ingin meminta keluar dari sekolah, dia merasa kasihan kepada orang tuanya yang telah mengeluarkan biaya banyak padanya. Akhirnya, sebagai anak baru, dia benar-benar menjadi anak minder, pemalu dan serta ragu dan takut bergaul sebagaimana mestinya. Makin lama nilainya makin jatuh sehingga beban pikiran dan perasaan makin berat, sampai-sampai ragu apakah bisa naik kelas atau tidak.

B.     MEMAHAMI LIA DALAM PERSPEKTIF RASIONAL EMOTIF
Dari ilustrasi permasalahan diatas dapat dinyatakan bahwa yang pertama, Naela kehilangan pikiran positifnya, menimbulkan banyak pikiran irasionalnya dan kesulitan memahami apa yang sedang ia alami tentang kejadian meninggalnya teman sebangkunya. Yang kedua, Naela telah menempatkan harga diri pada konsep/kepercayaan yang salah yaitu jika kaya, semua teman memperhatikan / mendukung, peduli, dan lain-lain dan itu semua tidak ada/didapatkan sejak di SD favorit, sampai pada akhirnya menyalahkan dirinya sendiri dengan hujatan dan penderitaaan serta mengisolir dirinya sendiri. Ia telah berhasil membangun konsep dirinya secara tidak realistis berdasarkan anggapan yang salah terhadap (dan dari) teman-teman lingkungannya. Ia menjadi minder, pemalu, penakut dan akhirnya ragu-ragu keberhasilan/prestasinya kelak yang sebetulnya tidak perlu terjadi. Maka dapat digunakan beberapa alternatif bantuan untuk membantu menyelesaikan masalahnya, yaitu dengan dilakukanya konseling individu untuk memberikan alternatif bantuan kepada konseli mengenai kesulitan belajar akibat rasa takut dan mindernya.

C.    TEKNIK PENYELESAIAN
Dalam permasalahan ini saya menggunakan teknik Dispute Kognitif (cognitive disputation) dengan menekankan pada pendekatan REBT (Rational Emotif Behaviour Therapy), yang bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran Naela terkait seringnya menyalahkan diri sendiri, dan menghapus pikiran irasiaonal yang Naela alami.
Jika pemikiran Naela yang tidak logis/realistis (tentang konsep dirinya, hukuman dari kematian teman dan pandangannya terhadap teman-temannya) itu diperangi maka dia akan mengubahnya. Dengan demikian tujuan konseling adalah memerangi pemikiran irasional Naela yang melatar-belakangi ketakutan/kecematannya yaitu konsep dirinya yang salah beserta sikapnya terhadap teman lain. Dalam konseling konselor lebih bernuansa pribadi: memanggil Naela, mengajak berdiskusi dan konfrontasi langsung untuk mendorongnya beranjak dari pola pikir irasional ke rasional/logis dan realistis melalui persuasif, sugestif, pemberian nasehat secara tepat.
Awal mula, konselor meminta pada konseli untuk bersedia menceritakan apa yang sedang menjadi beban fikiran dan perasaan konseli serta memastikan bahwa dia tidak perlu takut untuk bercerita. Setelah bercerita, konselor meminta konseli untuk meminta memikirkan dua atau tiga kali, apakah berfikir seperti itu sudah sesuai? Kemudian menguatkan bahwa orang-orang tidak ada yang menyalahkan konseli atas kejadian yang telah terjadi. Konseli diajak berfikir bahwa jika teman dekatnya tidak jadi untuk pergi apakah akan tetap hidup? Mengingat bahwa kematian adalah sebuah takdir yang akan terjadi kepada siapa saja, dan dimana saja. Tidak ada yang namanya hukuman Tuhan yang diberikan kepada konseli atas apa yang telah terjadi.
Kedua, konselor menunjukkan bahwa konseli harus membongkar pola pikir irasional tentang konsep harga diri yang salah, sikap terhadap sesama teman yang salah jika ingin lebih bahagia dan sukses. Konselor lebih bergaya mengajar : memberi nasehat, konfrontasi langsung dengan peta pikir rasional-irasoonal, sugesti dan asertive training dengan simulasi diri menerapkan konsep diri yang benar dan sikap/ketergantungan pada orang lain yang benar/rasional dilanjutkan sebagai PR melatih, mengobservasi dan evaluasi diri. Contoh : mulai dari seseorang berharga bukan dari kekayaan atau jumlah dan status teman yang mendukung, tetapi pada kasih Allah dan perwujudan-Nya. Allah mengasihi saya, karena saya berharga dihadirat-Nya. Terhadap diri saya sendiri suatu saat saya senang, puas dan bangga, tetapi kadang-kadang acuh-tak acuh, bahkan adakalanya saya benci, memaki-maki diri saya sendiri, sehingga wajar dan realistis jika sejumlah 40 orang teman satu kelas misalnya ada + 40% yang baik, 50% netral, hanya 10% saja yang membeci saya. Adalah tidak mungkin menuntut semua/setiap orang setiap saat baik pada saya, dan seterusnya. Ide-ide ini diajarkan, dan dilatihkan dengan pendekatan ilmiah.

D.    TUJUAN DAN TEKNIK KONSELING
Teori ini dalam menolong menggunakan pendekatan direct menggunakan nasehat yang ditandai oleh menyerang masalah dengan intektual dan meyakinkan (koselor). Tekniknya jelas, teliti, makin melihat/menyadari pikiran dan kata-kata yang terus menerus ditujukan kepada diri sendiri, yang membawa kehancuran kepada diri sendiri. Cara konselor ialah dengan pendekatan yang tegas, memintakan perhatian kepada pikiran-pikiran yang menjadi sebab gangguan itu dan bagaimana pikiran dan kalimat itu beroperasi hingga membawa akibat yang merugikan. Konselor selanjutnya menolong dia untuk memikir kembali, menantang, mendebat, menyebutkan kembali kalimat-kalimat yang merugikan itu, dan dengan cara demikian ia membawa klien ke kesadaran dan tilikan baru. Tetapi tilikan dan kesadaran tidak cukup. Ia harus dilatih untuk berpikir dan berkata kepada diri sendiri hal-hal yang lebih positive dan realistik. Terapis mengajar klien untuk berpikir betul dan bertindak efektif. Teknik yang dipakai bersifat eklektif dengan pertimbangan :
1.      Ekonomis dari segi waktu baik bagi konselor maupun konseli.
2.      Efektifitas teknis-teknis yang dipakai cocok untuk bermacam ragam konseli.
3.      Kesegaran hasil yang dicapai.
Kesimpulannya, penstrukturan kembali filosofis untuk merubah kepribadian yang salah berfungsi menyangkut langkah-langkah sebagai berikut :
1.      Mengakui sepenuhnya bahwa kita sebagian besar bertanggung jawab penciptaan masalah-masalah kita sendiri
2.      Menerima pengertian bahwa kita mempunyai kemampuan untuk merubah gangguan-gangguan secara berarti
3.      Menyadari bahwa problem-problem dan emosi kita berasal dari kepercayaan-kepercayaan tidak rasional
4.      Mempersepsi dengan jelas kepercayaan-kepercayaan ini
5.      Menerima kenyataan bahwa, jika kita mengharap untuk berubah, kita lebih baik harus menangani cara-cara tingkah laku dan emosi untuk tindak balasan kepada kepercayaan-kepercayaan kita dan perasaan-perasan yang salah fungsi dan tindakan-tindakan yang mengikuti; dan
6.      Mempraktekkan metode-metode REBT untuk menghilangkan atau merubah konsekuensi-konsekuensi yang terganggu pada sisa waktu hidup kita ini















DAFTAR PUSTAKA
  • Aryatmi, S., 1991, Perspektif BK dan Penerapannya di Berbagai Institusi, Satya Wacana Semarang.
  • Corey G., 1991/1995, Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi (terjemahan Mulyarto), IKIP Semarang Pres.
  • Prayitno, 1998, Konseling Pancawashita, progdi BK PPB, FIP, IKIP Padang
  • Rosjidan, 1998, Pengantar Teori-teori Konseling, Depdikbud Dirjen PT Proyek P2LPTK, Jakarta
  • Surya, M., 1988, Dasar-Dasar Konseling Pendidikan, Kota Kembang, Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar